![http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/c/c4/Petasumateratimur.jpg/250px-Petasumateratimur.jpg](file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.jpg)
Tarian ini merupakan jenis tari tradisional yang
dimainkan sebagai tari pergaulan antara muda
dan mudi.
Ada dua alasan mengapa nama Tari Pulau Sari diganti Serampang Duabelas. Pertama, nama Pulau Sari kurang tepat karena tarian ini
bertempo cepat (quick step). Menurut Tengku Mira Sinar, nama tarian
yang diawali kata ’’pulau’’ biasanya bertempo rumba, seperti Tari Pulau Kampai
dan Tari Pulau Putri. Sedangkan Tari Serampang Duabelas memiliki gerakan
bertempo cepat seperti Tari Serampang Laut. Berdasarkan hal tersebut, Tari
Pulau Sari lebih tepat disebut Tari Serampang Duabelas. Nama duabelas sendiri
berarti tarian dengan gerakan tercepat diantara lagu yang bernama Serampang. Kedua, penamaan
Tari Serampang Duabelas merujuk pada ragam gerak tarianya yang berjumlah 12.
Selain dikenal dan dimainkan diseluruh tanah air, Tari Serampang Duableas
juga terkenal dan sering dibawakan di beberapa Negara tentangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand,
dan Hongkong. Keberadaan Tari Serampang Duabelas karya Sauti ini, mendapat
sambutan yang luar biasa di seluruh tanah air dan Negara
tetangga. Seiring dengan perkembangan ini, Pemerintah daerah Kabupaten
Serdang Bedagai inisiatif untuk melindungi hak cipta Tari Serampang
Duabelas. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan kembali pada masyarakat banyak
tentang asal muasal dari tari ini, sehingga generasi muda tahu dan mengerti.
Selain itu, diadakan juga berbagai pagelaran lomba Tari Serampang Dua Belas
terutama untuk kalangan masyarakat yang berada di kawasan Kabupaten Serdang
Bedagai.
![http://melayuonline.com/pict/p51c7f0a4f0346.jpg](file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Fungsi tari ini adalah sebagai tari pergaulan dikalangan muda
mudi melayu. Selain itu, diadakan juga berbagai pagelaran lomba Tari Serampang
Duabelas terutama untuk kalangan masyarakat yang berada dikawasan Kabupaten
Serdang Bedagai.
Pada awalnya musik pengiring tari masih menggunakan peralatan musik
tradisional. Namun seiring perkembangan zaman peralatan musik yang digunakan
semakin beragam.
Nama Tari Serampang Dua Belas sebetulnya diambil dari dua belas ragam
gerakan tari yang bercerita tentang tahapan-tahapan proses pencarian jodoh
hingga memasuki tahap perkawinan.
Gerakan I adalah permulaan
tari dengan gerakan berputar sembari melompat-lompat kecil yang menggambarkan
pertemuan pertama antara seorang laki-laki dan perempuan. Gerakan ini bertutur
tentang pertemuan sepasang anak muda yang diselingi sikap penuh tanda tanya dan
malu-malu.
Gerakan II adalah gerakan tari
yang dilakukan sambil berjalan kecil, lalu berputar dan berbalik ke posisi
semula sebagai simbol mulai tumbuh benih-benih cinta antara kedua insan. Ragam
II ini bercerita tentang mulai tumbuhnya rasa suka di antara dua hati, akan
tetapi mereka belum berani untuk mengutarakannya.
Gerakan III memperlihatkan gerakan
berputar (tari Pusing) sebagai simbol sedang memendam cinta. Dalam tarian ini
nampak pemuda dan pemudi semakin sering bertemu, sehingga membuat cinta makin
lama makin bersemi. Namun, keduanya masih memendamnya tanpa dapat
mengutarakannya. Gerakan dalam tarian ini menggambarkan kegundahan dua insan
yang memendam rasa.
Gerakan IV dilakukan dengan
gerakan tarian seperti orang mabuk sebagai simbol dari dua pasang kekasih yang
sedang dimabuk kepayang. Gerak tari yang dimainkan dengan melenggak-lenggok dan
terhuyung-huyung seperti orang mabuk. Pada ragam ini (Tahap IV) proses
pertemuan jiwa sudah mulai mendalam dan tarian ini menggambarkan kondisi kedua
insan yang sedang dimabuk kepayang karena menahan rasa yang tak kunjung padam.
Gerakan V dilakukan dengan cara
berjalan melenggak-lenggok sebagai simbol memberi isyarat. Pada ragam ini,
perempuan berusaha mengutarakan rasa suka dan cinta dengan memberi isyarat
terhadap laki-laki, yaitu dengan gerakan mengikuti pasangan secara teratur.
Gerakan tari pada Ragam V ini sering juga disebut dengan ragam gila.
Gerakan VI merupakan gerakan tari dengan
sikap goncet-goncet sebagai simbol membalas isyarat dari kedua insan yang
sedang dilanda cinta. Pada ragam ini, digambarkan pihak laki-laki yang mencoba
menangkap isyarat yang diberikan oleh perempuan dengan menggerakkan sebelah
tangan. Si pemuda dan pemudi kemudian melakukan tarian dengan langkah yang
seirama antara pemuda dan pemudi.
Gerakan VII dimulai dengan
menggerakkan sebelah kaki kiri/kanan sebagai simbol menduga. Hal ini
menggambarkan terjadinya kesepahaman antara dua pasang kekasih dalam menangkap
isyarat yang saling diberikan. Dari isyarat ini mereka telah yakin untuk
melanjutkan kisah yang telah mereka rajut hingga memasuki jenjang perkawinan.
Setelah janji diucapkan, maka sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara
tersebut pulang untuk bersiap-siap melanjutkan cerita indah selanjutnya.
Gerakan VIII dilakukan dengan
gerakan melonjak maju-mundur simbol proses meyakinkan diri. Gerakan ini
dilakukan dengan melompat sebanyak tiga kali yang dilakukan sembari
maju-mundur. Muda-mudi yang telah berjanji, mecoba kembali meresapi dan mencoba
meyakinkan diri untuk memasuki tahap kehidupan selanjutnya. Gerakan tari
dilakukan dengan gerak bersuka ria yang menunjukkan sepasang kekasih sedang
asik bersenda-gurau sebelum memasuki jenjang pengenalan dengan kedua keluarga
besar.
Gerakan IX adalah gerakan
tari yang dilakukan dengan melonjak sebagai simbol menunggu jawaban. Gerakan
tari menggambarkan upaya dari muda-mudi untuk meminta restu kepada orang tua
agar menerima pasangan yang mereka pilih. Kedua muda-mudi tersebut
berdebar-debar menunggu jawaban dan restu orang tua mereka.
Gerakan X menggambarkan gerakan saling mendatangi sebagai simbol dari proses
peminangan dari pihak laki-laki terhadap perempuan. Setelah ada jawaban
kepastian dan restu dari kedua orang tua masing-masing, maka pihak pemuda mengambil
inisiatif untuk melakukan peminangan terhadap pihak perempuan. Hal ini
dilakukan agar cinta yang sudah lama bersemi dapat bersatu dalam sebuah ikatan
suci, yaitu perkawinan.
Gerakan XI memperlihatkan gerakan jalan beraneka cara sebagai simbol dari proses
mengantar pengantin ke pelaminan. Setelah lamaran yang diajukan oleh pemuda
diterima, maka kedua keluarga akan melangsungkan perkawinan. Gerakan tari
biasanya dilakukan dengan nuansa ceria sebagai ungkapan rasa syukur menyatunya
dua kekasih yang yang sudah lama dimabuk asmara menuju pelaminan dengan hati
yang berbahagia.
Gerakan XII atau ragam yang
terakhir dimainkan dengan menggunanan sapu tangan sebagai sebagai simbol telah
menyatuya dua hati yang saling mencintai dalam ikatan perkawinan. Pada ragam
ini, gerakan tari dilakukan dengan sapu tangan yang menyatu yang manggabarkan
dua anak muda sudah siap mengarungi biduk rumah tangga, tanpa dapat dipisahkan
baik dalam keadaan senang maupun susah.
Gerakan-gerakan dalam Serampang Duabelas tidaklah berarti menggambarkan
keseluruhan ciri dari pergaulan antara muda mudi yang saling mencintai dari mulai
perjumpaan hingga menikah yang nampak seperti kenyataannya. Gerakan tersebut
diambil sebagai pokok-pokok yang sekiranya cukup menggambarkan bagaimana
prosesi akan hal tersebut.
Walaupun merupakan tarian berpasangan tapi antara pria dan wanitanya tidak
terdapat kontak tubuh secara langsung, kemudian pakaian yang dikenakannya
memiliki warna yang cerah, sopan dan tertutup. Kemudian kedua penari, pria dan
wanita membawakan pakem-pakem tarian yang berbeda. Setelah melihat tarian ini,
muncul pertanyaan: apa yang menyebabkan tarian ini muncul dengan tampilan
demikian?
Dari tampilan gerakan tarian ini (juga dalam gerakan tarian pada umumnya)
dapat terbaca sebuah stereotype gerakan antara pria dan wanita. Yaitu gerakan
dan pakem yang berbeda walaupun secara keseluruhan maknanya sama. Gerakan
wanita lebih hati-hati dan malu-malu sedangkan gerakan pria lebih berani dan
agresif. Sebagai karya seni, penari yang membawakan tarian ini secara tepat dan
benar akan mempengaruhi emosional penonton. Selain itu sebagai simbol-simbol
yang dapat dibaca bahwa itu merupakan ‘laki-laki’ dan itu merupakan
‘perempuan’. Terutama pada kebudayaan Melayu pada saat itu yang adat dan
pergaulannya demikian.
Jawaban dari hal tersebut bisa kita dapatkan salahsatu metoda antropologi
budaya dengan pendekatan dari sudut psikologi atau ilmu jiwa penciptanya. Sauti
lahir dibawah kesultanan Serdang, provinsi Sumatra Utara salah satu tempat
masyarakat Melayu bermukim. Ia menciptakan tarian ini pada tahun 1940-1960-an. Sejak
dulu, dalam bertingkah laku, masyarakat Melayu memiliki ilmu yang diwariskan
secara turun temurun yang dinamakan Tunjuk Ajar Melayu. Serampang Duabelas
merupakan salah satu kesenian yang digunakan sebagai pendidikan bagi
masyarakatnya, khususnya tentang adab-adab dalam menjalin hubungan cinta dengan
lawan jenis. Dalam pantun Tunjuk Ajar Melayu disebutkan sebagai berikut:
Yang kasih
berpada-pada
Yang sayang
berhingga-hingga
Yang kasih tidak
membutakan
Yang sayang tidak
memekakkan
Orang Melayu menyadari, bahwa kasih dan sayang yang berlebihan, kehilangan
kreativitas dan kepercayaan terhadap diri sendiri, pemalas, perajuk, dan
sebagainya hingga menjadi rusak. Hal ini juga diajarkan dalam tari Serampang
Duabelas bahwa dalam menjalin hubungan asmara terdapat prosedur yang harus
dilalui yaitu harus ada pinang-meminang sebelum selanjutnya sah bertemu dalam
sebuah rumah tangga. Maka dari itu kita dapat melihatnya dari ke 12 gerakan
tarian ini. Selain gerakan yang terakhir, yaitu menyatukan antar kedua saputangan,
tidak terdapat kontak tubuh secara langsung pada gerakan sebelumnya. Bahkan
untuk menyimbolkan pasangan yang telah terikat dengan perkawinan pun
menggunakan saputangan antar penari pria dan wanita. Disini juga masih
menggambarkan adab interaksi antar lawan jenis karena dipahami belum tentu ada
hubungan pernikahan antar penari pria dan wanita. Tunjuk Ajar Melayu juga
berkembang karena pengaruh berkembangnya ajaran Islam ke salah satu tanah
Melayu di Senapelan yang kemudian sekarang disebut Pekanbaru sejak masa raja Siak Sri Indrapura yang
keempat, Sultan Abdul Jalil
Alamuddin Syah, bergelar Tengku Alam (1766-1780 M.), menetap di Senapelan, yang
kemudian membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan Dusun Senapelan
(di sekitar Mesjid Raya Pekanbaru sekarang).
Menurut Tengku Mira Sinar, Tarian ini merupakan hasil perpaduan gerak
antara tarian Portugis dan Melayu Serdang. Pengaruh Portugis dapat dilihat pada
keindahan gerak tarinya dan kedinamisan irama musik pengiringnya. Tari
Serampang Duabelas berkisah tentang cinta suci anak manusia yang muncul sejak
pandangan dan diakhiri dengan pernihkahan yang direstui oleh kedua orang tua
muda dan mudi. Oleh karena menceritakan proses bertemunya dua hati, maka tarian
ini biasanya dimainkan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan.
Pada awal perkembangannya tarian ini hanya dibawakan oleh laki-laki karena
kondisi masyarakat pada waktu itu melarang perempuan tampil di depan umum,
apalagi memperlihatkan lenggak-lenggok tubuhnya. Diperbolehkannya perempuan
memainkan Tari Serampang Duabelas tidak hanya berkembang dan dikenal oleh
masyarakat di wilayah kesultanan Serdang, tetapi juga menyebar ke berbagai
daerah di Indonesia, seperti Riau, Jambi, Kalimantan, Sulawesi, bahkan
sampai ke Maluku.
Nilai-nilai Islam yang ada pada saat itu tidak hanya mempengaruhi dari segi
gerak tari, tapi juga pemilihan kostum. Biasanya tarian ini menggunakan pakaian adat melayu di pesisir timur pulau
sumatera walaupun bukan peralatan yang utama, keberadaan pakaian ini
sangat penting. Ada dua alasan yaitu pertama warna pakaian yang berwarna warni
dan kedua penggunaan pakaian adat menunjukkan asal tarian Serampang Duabelas.
Bagaimanapun, antara pendidikan dengan budaya yang sedang berlangsung
terdapat hubungan. Kaum yang lebih tua akan terus menerus memberikan pendidikan
kepada kaum yang lebih muda tentang nilai dan norma yang dianut. Begitu juga
Sauti, pencipta tarian ini yang pernah menjadi generasi muda yang menerima
pendidikan sekaligus mengamati nilai dan norma ataupun kebudayaan di sekitarnya
sampai pada kemudian ia dapat mampu untuk mengambil intisari dari budaya
tersebut dan disimbolkan menjadi gerakan tarian.
DAFTAR PUSTAKA
·
Chyta. Tari Serampang Duabelas. http://wwwchytapisces.blogspot.com/2012/02/tari-serampangduabelas-asal-usultari.html. Minggu, 26 Februari 2014.
00.13
·
Workshop Tari Serampang Duabelas di Taman Mini.
http://melayuonline.com/ind/news/read/15444/workshop-tari-serampang-xii-di-taman-mini.
24 Juni 2013. 06.43
·
Irfansyah Putra. Sejarah Peradaban Kebudayaan
Melayu Riau. http://irfansyahp.blogspot.com/2013/07/sejarah-peradaban-kebudayaan-melayu-riau.html. 2012.
No comments:
Post a Comment